
Bila harga minyak naik
Stesen minyak bagai hantu yang meratah
Keping-keping not rencam warna
Semakin luak
Berliter-liter minyak diisi
Namun tetap tak mencukupi
Buat perjalanan sehari-hari
Yang panjang tidak berhenti
Selagi berdenyut, masih bernadi.
Bila harga minyak naik
Pasaraya menjadi malap
Lesu menanti pelanggan yang luntur harap.
Bila harga minyak naik
Nasi berlauk ikan kering adalah nikmat
Bagi sebuah keluarga marhaen
Di pinggir bandar, di hujung kampung
Yang sering bersyukur.
Bila harga minyak naik
Ibu bapa yang kian dijamah usia
Terus dihambat sepi
Merindu harap kembalinya si anak
Ke desa halaman
Mengucup tangan-tangan yang menyuap, membesarkan
Namun
Hanya kerinduan yang berpucuk di perdu hati
Kemudian layu, dan terus mati.
Bila harga minyak naik
Alam gelap-gelita
Bagai diserkup bala.
1 comment:
hi, just passing by.
nice :)
Post a Comment